Megawati Hangestri Bikin Pelatih Red Sparks Menangis, Pilih Pulang Demi Ibu

Jatengvox.com – Megawati Hangestri Pertiwi, atlet voli kebanggaan Indonesia, baru saja menutup musim cemerlangnya di Liga Voli Korea Selatan bersama Jung KwanJang Red Sparks.

Namun siapa sangka, perpisahan Mega dengan klubnya justru menjadi momen paling emosional—bahkan pelatih Red Sparks, Ko Hee-jin, tak kuasa membendung air mata saat mengantarnya ke bandara.

“Banyak pemain hebat di luar sana, tapi Megawati adalah sosok langka. Tak hanya jago di lapangan, kehadirannya memberi semangat dan energi positif bagi seluruh tim,” ucap Ko Hee-jin dengan suara bergetar, penuh emosi.

Keputusan Mega untuk meninggalkan Korea Selatan tak datang tiba-tiba.

Usai membawa Red Sparks melaju hingga ke partai final V-League, ia memilih pulang ke Indonesia demi berada lebih dekat dengan sang ibu.

Bukan karena cedera atau performa menurun, melainkan karena ia merasa saat ini keluarga adalah hal yang paling utama.

Pihak klub pun tak menahan. Mereka justru memberikan dukungan penuh kepada sang bintang.

“Kami mendukung langkah Mega sepenuhnya. Ia tidak hanya pemain penting bagi kami, tapi juga pribadi yang luar biasa.

Semoga jalan baru ini membawa kebaikan, dan kami berharap bisa bertemu lagi di masa depan,” tutur seorang pejabat Red Sparks.

Jika menilik perjalanan Megawati selama satu musim bersama Red Sparks, tak berlebihan jika publik Korea menjulukinya “Megatron”.

Julukan itu muncul bukan tanpa alasan—karena gaya bermainnya yang eksplosif, agresif, dan penuh kekuatan.

Setiap kali Mega memukul bola, sorakan penonton seperti ikut bergemuruh. Ia menjadi tumpuan tim, mesin poin utama yang kerap menyelamatkan Red Sparks di saat krusial.

Namun lebih dari sekadar statistik atau gelar, yang membuat kehadiran Mega begitu membekas di Daejeon adalah karakternya.

Ia dikenal rendah hati, selalu tersenyum, dan menjadi semangat baru bagi rekan-rekannya. Dalam waktu singkat, Mega bukan hanya diterima, tapi dicintai.

“Banyak yang menyangka Mega akan memperpanjang kontrak atau pindah ke tim besar lain di Korea. Tapi ternyata pilihannya justru membuat semua orang terharu. Ia pulang bukan karena ingin berhenti, tapi karena ingin tetap bermain di tempat yang lebih fleksibel. Katanya, ia sedang mencari liga dengan musim lebih pendek agar bisa tetap aktif sambil menemani ibunya,” ujar seorang jurnalis lokal yang mengikuti perjalanan Mega.

Kisah ini pun menjadi viral di media sosial Korea dan Indonesia. Banyak fans yang mengunggah momen haru antara Mega dan Ko Hee-jin di bandara.

Pelukan erat mereka, tangis yang tak bisa dibendung, dan senyuman penuh makna menjadi simbol ikatan emosional antara pemain dan pelatih yang lebih dari sekadar profesional.

Bagi masyarakat Indonesia, kepulangan Mega adalah kabar gembira.

Tapi di sisi lain, ada kebanggaan tersendiri karena Mega telah mengharumkan nama bangsa di negeri orang, tidak hanya dengan performa kelas dunia, tapi juga dengan ketulusan sikap dan jiwa besar.***