Tips Berani Memulai Bisnis Sendiri

Jatengvox.comMungkin ada banyak generasi saat ini yang tidak sempat mengalami krisis ekonomi di tahun 1998. Saat itu, Indonesia bersama negara-negara lain di wilayah Asia Tenggara, bisa kembali bangkit berkat dukungan para pelaku usaha di sektor UMKM.

Mereka yang bergelut untuk mendorong pergerakan ekonomi saat itu datang dari berbagai kalangan. Contohnya adalah tenda atau warung gaul yang dipelopori oleh pegawai swasta, bahkan dari kalangan artis. Tenda gaul tersebut didirikan dari tenda sederhana di sepanjang jalan yang biasanya buka menjelang malam.

Melihat Kesempatan di Dalam Kesempitan

Salah satu ciri utama dari seorang wirausahawan adalah kemampuan melihat peluang. Misalnya jika kamu membaca kisah hidup raja kapal, Aristotle Onassis, maka kamu akan menemukan bagaimana Onassis yang pada tahun 1923 hanya bekerja sebagai operator telepon, bisa dengan cerdik melihat peluang dalam usaha jual beli daun tembakau.

Namun alangkah baiknya jika kita bisa menciptakan kesempatan baik bagi diri sendiri. Sehingga kita bisa mulai lebih awal untuk berwirausaha tanpa harus didesak oleh keadaan, seperti kondisi krisis moneter seperti contoh di atas.

Memang seringkali tabiat manusia adalah baru mau bergerak setelah dipaksa oleh kondisi di sekitarnya. Contoh sederhana adalah mengubah pola diet saat sudah mendapat gejala penyakit. Padahal jika kita sejak awal mau berusaha untuk tetap menjaga gaya hidup sehat, maka akan semakin kecil risiko sakit yang akan mengancam. Demikian pula dengan kondisi ekonomi dan keuangan yang kita miliki, jika kita bisa menerapkan gaya hidup disiplin sambil berusaha mengembangkan usaha, maka peluang hasil sukses dapat kita raih.

Baca juga:  Berani Bermimpi, Masa Muda adalah Waktu Terbaik untuk Berkarya

UMKM: Usaha Milik Kamu

Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, pada tahun 2021, jumlah pelaku UMKM di Indonesia sudah mencapai sekitar 64,2 juta. Yang semuanya berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 61,07 persen atau sekitar Rp8.573,89 triliun. Disinyalir UMKM mampu menyerap hingga 97% dari total angkatan kerja, dan sanggup menghimpun 60,4% dari total investasi di Indonesia.

Namanya saja UMKM, tapi ternyata nilai totalnya sungguh sangat besar, ya.

Mungkin memang tidak semua orang mempunyai minat untuk memiliki usahanya sendiri. Tapi pada akhirnya, umumnya orang akan semakin didorong agar semakin mandiri dengan seiring bertambahnya pengalaman yang ia miliki dalam bidang pekerjaan tertentu.

Seorang juru masak yang awalnya bekerja di restoran atau hotel, kemudian karirnya semakin meningkat, lalu mencoba untuk merintis usahanya dengan dukungan namanya yang sudah dikenal di industri kuliner. Ada juga yang awalnya menjadi programmer di perusahaan, lantas kemudian memberanikan diri untuk membuka usaha konsultan dalam bidang IT. Seringkali semuanya hanya soal menunggu waktu. Bagaimana dengan kamu? Apakah sejak masa muda sudah mempunyai cita-cita menjadi pemilik usahamu sendiri? Atau masih menerka-nerka jenis usaha apa yang cocok untuk kamu jalani?

Baca juga:  Makna Tersembunyi di Balik Tradisi Tiup Lilin Ulang Tahun

Berangkat dari Hobi

Merintis usaha bisa dimulai dari apa saja. Dari hal yang sedang menjadi tren dan diminati masyarakat, atau berangkat dari kegemaran yang kita miliki? Kita bisa ambil contoh dari Andy Sukma Lubis, yang awalnya berkarir sebagai seorang auditor, namun kita namanya lebih dikenal sebagai trainer dalam bidang slide designing. Sudah banyak perusahaan yang memakai jasa Andy yang ternyata menyimpan minat besar untuk berbagi ilmu kepada banyak orang.

Dari beberapa contoh di atas, kita bisa mulai melihat bahwa modal awal untuk memulai bisnis sendiri adalah niat yang kuat. Kita bisa menjalani banyak hal lain sambil mempersiapkan mental dan menambah wawasan dalam hal yang kita sukai. Ketika tiba saatnya untuk mulai mengembangkan usaha dan kamu memerlukan modal tambahan, bagaimana cara mensiasatinya?

Pinjam Dulu Seratus

Istilah di atas pernah cukup populer di tengah masyarakat. Sudah menjadi kebiasaan lazim bahwa di dalam pergaulan, biasanya sering terjadi urusan pinjam meminjam. Seringkali yang terjadi, kita meminjam untuk hal-hal yang bersifat konsumtif.

Baca juga:  Rahasia Mengajar dengan Metode Interaktif agar Siswa Tidak Bosan

Misalnya saat nongkrong bersama teman-teman, kita minta ditalangi dahulu karena sedang tidak membawa uang yang cukup. Jika dalam urusan yang bersifat konsumtif kita berani untuk meminjam, mengapa tidak dalam hal bisnis yang kita ingin kembangkan?

Syarat pinjam modal usaha memang sering dikonotasikan sebagai sesuatu yang memberatkan, dan hal ini bukan tanpa alasan. Banyak pengusaha kecil dan menengah merasa kesulitan memenuhi berbagai persyaratan yang diajukan oleh lembaga keuangan. Persyaratan umum seperti jaminan atau agunan, laporan keuangan yang sehat, serta sejarah kredit yang baik seringkali menjadi batu sandungan.

Selain itu, proses pengajuan pinjaman juga bisa sangat rumit dan memakan waktu, mulai dari pengumpulan dokumen, pengisian formulir yang kompleks, hingga tahap verifikasi yang berlarut-larut.

Lembaga keuangan biasanya memerlukan berbagai dokumen pendukung, seperti surat izin usaha, laporan keuangan beberapa tahun terakhir, dan proyeksi keuangan di masa depan. Proses verifikasi ini sering kali memakan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.

Bagi pengusaha yang membutuhkan dana cepat untuk mengembangkan usaha, kerumitan dan panjangnya proses ini bisa menjadi penghalang signifikan. Kondisi ini membuat banyak pengusaha merasa frustasi dan terpaksa mencari alternatif pembiayaan lain yang mungkin kurang menguntungkan atau lebih berisiko.

***

Pos terkait

iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *