Jatengvox.com – Pameran Seni Jejamuan Art Project (JAP) secara resmi telah dibuka. Pameran yang diselenggarakan di The Ratan Art Space, Panggungharjo, Sewon, Bantul tersebut memamerkan sekitar 23 hasil karya seni seniman muda bertema jamu (17/10).
Berbagai karya seni ditampilkan dalam pameran ini, mulai dari seni lukisan, seni media campuran, seni instalasi, batik lukis, seni pertunjukan, seni digital, dan sebagainya.
Pameran ini merupakan lanjutan dari pasca kegiatan Sambang Jejamuan di Kampung Jamu Gesikan, Sleman yang telah dilakukan selama dua hari pada tanggal 14 hingga 15 September 2024 lalu.
M Yusril Mirza, Kurator Pameran Jejamuan Art Project menjelaskan bahwa beragam karya seni yang ditampilkan merupakan hasil proses temui, kenali, ekspresi selama di Kampung Jamu.
“Sebelum menghasilkan karya seni, para seniman muda kami ajak ke Kampung Jamu untuk berinteraksi langsung dengan perajin jamu dan merasakan suasana perkampungan jamu. Dengan harapan, para seniman muda tidak hanya membuat karya sesuai tema saja, tapi juga benar-benar memahami wawasan dan pengetahuan tentang jamu. Sehingga dapat menghasilkan karya seni yang penuh makna dengan budaya jamu,” terang Mirza
Lebih lanjut kurator kelahiran asli Kendal ini, berharap dengan kegiatan ini juga dapat menambah referensi kepada para seniman muda agar bisa menghasilkan berbagai jenis karya yang akan dipamerkan, selayaknya hidangan Jejamuan yang beranekaragam.
Pameran Jejamuan Art Project terbuka untuk umum dan gratis dari tanggal 17 hingga 22 Oktober 2024. Pameran ini berhasil terselenggara atas dukungan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X melalui program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan (FPK).
Serta bekerja sama dengan Komunitas Omah Jamu Gesikan dan Pinihan Agro Indonesia. Selama kegiatan berlangsung selain pameran karya seni, terdapat pula kegiatan lain, yaitu Bedah Pameran, Bedah Karya, Bedah Buku, Workshop Pembuatan Jamu, dan Live Music.
Seperti dalam Bedah Karya, para seniman muda dilibatkan untuk menjelaskan berbagai karya seni yang ditampilkan selama pameran. Kegiatan pameran ini selain diikuti oleh para seniman muda dari kalangan mahasiswa sekitar Jogja, juga ada yang berasal dari daerah lain, misal Kendal, Boyolali, Solo, dan Garut.
Seniman asal Kendal, Beatrix Riris dalam pameran ini menampilkan seni pertunjukan tari yang dikolaborasikan dengan seni instalasi, berjudul Ngudari Rasa.
“Tari saya tampilkan dalam pakem klasik, dengan latar di tengah hiruk pikuk pasar. Sehun menampilkan kontras ageman penari dengan masyarakat sekitar yang cenderung sudah modern. Pemilihan backsound gerak tari yang juga memiliki unsur paradoks dimana lirik adalah mantram kuno namun dikemas dalam aransemen musik modern. Konsep ini saya buat berdasarkan pengalaman empirik tentang bagaimana pelaku kebudayaan tradisional yang masih menumbuhkan rasa kuatnya dalam melestarikan dunia jamu yang dimana dunia tentang kesehatan sudah didominasi oleh pengobatan non holistik. Saya ingin menonjolkan pemandangan paradoks tentang dunia modern dan dunia tradisional lengkap dengan lika liku pemahaman dan sikap pelestarian atau hanya bentuk bertahan hidup,” jelasnya.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X, Manggar Sari Ayuati, S.S., M.A. dalam sambutan Pembukaan Pameran Jejamuan Art Project mengatakan bahwa jamu merupakan warisan nenek moyang dan Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO yang perlu kita jaga keberadaannya.
“Seperti yang pesan yang ingin ditampilkan dalam Pameran Jejamuan Art Project ini, bahwa dalam upaya pemajuan kebudayaan kita bisa mengemas berbagai warisan budaya menjadi bentuk yang berbeda tanpa meninggalkan esensinya, seperti jamu sebagai minuman kesehatan menjadi bentuk seni. Harapannya dengan adanya upaya pemajuan kebudayaan seperti ini, maka akan muncul lagi upaya kreatif serupa yang dapat dilakukan oleh berbagai pihak,” ungkapnya.***