Jatengvox.com – Seni Memahami Kekasih menceritakan kisah sederhana seorang gadis asal Blora, Kalis dengan seorang pemuda bernama Agus.
Meskipun nggak mewah seperti romansa-romansa lainnya, kisah cinta mereka sangat dekat dengan kehidupan justru membuat film ini menjadi sangat menarik.
Sama-sama menggeluti dunia kepenulisan, Kalis dan Agus mulai mengenal satu sama lain dan menjadi lebih dekat.
Tapi, rasa takut akan masa depan dan ekonomi yang pas-pasan menghantui hubungan mereka untuk melangkah lebih jauh.
Terlihat sangat sederhana, tapi hal-hal ini membuat film Seni Memahami Kekasih menjadi sangat menarik, kira-kira apa aja ya?
1. Kisah Yang Dekat Dengan Masyarakat
Hubungan Kalis dan Agus yang realistis menggambarkan hubungan percintaan banyak orang, mulai dari makan malam angkringan, menembus hujan deras di atas motor butut, berbelanja di toko perabot, menjemput di kosan, kekonyolan yang terjadi, hingga berbagi mimpi bersama.
Sebagai penonton, rasanya nggak asing dengan hal-hal seperti itu, bukan?
2. Pembuktian Cinta Nggak Selalu Soal Kata dan Harta
Meski kondisi perekonomian Kalis dan Agus terbilang pas-pasan, namun film ini tetap memperlihatkan perjuangan dan kerja keras keduanya untuk bisa berproses bersama.
Alih-alih dibanjiri dengan janji manis, Agus justru membuktikannya dengan tindakan nyata nan sederhana yang berkesan. Sehingga Kalis yang awalnya ragu bisa yakin untuk bersama.
3. Memperlihatkan Keterlibatan Orang Tua
Setiap kisah cinta selalu punya titik sulitnya masing-masing. Dan hal itu ditampilkan saat menceritakan lika-liku romansanya kepada sang ayah.
Dari sana, keterlibatan orangtua ditunjukkan saat ayahnya memberikan pesan dan nasihat untuk hubungan mereka.
4. Menyenggol Isu Yang Sering Terjadi Luput Dari Perhatian
Tak hanya soal percintaan, film ini menyajikan kisah sahabat Kalis di kampung, mulai dari nggak bisa meneruskan pendidikan yang lebih tinggi, terpaksa membuka usaha, menikah dini, KDRT, dan perceraian.
Kisah sahabatnya itulah yang sempat membuat Kalis ragu untuk melanjutkan hubungan cintanya, tapi untungnya solusi bisa ditemukan.
“Boleh miskin harta, tapi jangan miskin love language” – Agus Magelangan ***